Tugas 2 Mingguan Filsafat Ilmu
TUGAS FILSAFAT ILMU
Dosen Pengampu : Dr. R. SALLY MARISA SIHOMBING, S.IP., M.Si
DISUSUN OLEH :
( JAYA SETYO AJI )
( 193020702017 )
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2020
Tugas :
· Apa Perbedaan ilmu yang bebas nilai dan ilmu yang tidak bebas nilai?
· Apakah manusia yang tidak mendapat pendidikan tinggi dapat disebut sebagai manusia yang berilmu?
Pembahasan :
Ilmu bebas nilai
Paradigma ilmu bebas nilai mengatakan bahwa ilmu itu bersifat otonom yang tidak memiliki keterkaitan sama sekali dengan nilai. Bebas nilai artinya setiap kegiatan ilmiah harus didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri. Penganut paradigma ini menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai, baik secara ontologis maupun aksiologis.
Bebas nilai sesungguhnya adalah tuntutan yang ditujukan pada ilmu agar keberadaannya dikembangkan dengan tidak memperhatikan nilai-nilai lain di luar ilmu itu sendiri, artinya tuntutan dasar agar ilmu dikembangkan hanya demi ilmu itu sendiri tanpa pertimbangan politik, agama maupun moral. Jadi, ilmu harus dikembangkan hanya semata-mata berdasarkan pertimbangan ilmiah murni. Agaknya, inilah yang menjadi patokan sekularisme yang bebas nilai.
Ilmu tidak bebas nilai
Paradigma ilmu yang tidak bebas nilai
memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai. Pengembangan ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai, kepentingan-kepentingan baik politis, ekonomis, sosial, religius, ekologis, dan sebagainya.
Filosof yang menganut teori adalah Habermas. Dia berpendirian bahwa teori sebagai produk ilmiah tidak pernah bebas nilai, dan semua ilmu bahkan ilmu alam sekalipun tidaklah mungkin bebas nilai karena dalam pengembangan setiap ilmu selalu ada kepentingan-kepentingan teknis. Dalam pandangan Habermas bahwa ilmu sendiri dikonstruksi untuk kepentingan-kepentingan tertentu yakni nilai relasional antara manusia dan alam seperti ilmu pengetahuan alam, manusia dan manusia seperti ilmu sosial, dan nilai penghormatan terhadap manusia. Jika lahirnya ilmu saja terkait dengan nilai, maka ilmu itu sendiri tidak mungkin bekerja lepas dari nilai. Penganut ini bahkan ada yang mengatakan bahwa nilai adalah ruhnya ilmu. Jadi, ilmu tanpa nilai diibaratakan seperti tubuh tanpa ruh (mati) yang berarti tidak berguna.
Apakah manusia yang tidak mendapat pendidikan tinggi dapat disebut sebagai manusia yang berilmu?
Pada Hakikatnya manusia diberikan akal serta kemampuan berpikir dari Yang Maha Kuasa, salah satu insting manusia adalah selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu di sekelilingnya yang belum diketahuinya. Arti berilmu itu sendiri pada manusia ialah berbagai kemampuan atau kompetensi yang dimiliki manusia. Oleh sebab itu manusia yang telah diajari atau mempelajari dari lingkungan sekitar nya bisa dikatakan berilmu. Namun peradaban manusia yang terus berkembang, mulai dikenalnya jenjang pendidikan maka muncul jenjang pemikiran pada setiap manusia. Jadi manusia dapat dikatakan berilmu sesuai yang diajarkan atau dipelajari, hanya dibedakan berdasarkan jenjang pendidikan.
DAFTAR TINJAUAN :
· Dr. Muhammad S. Sumantri, M.Pd., 2015, Hakikat Manusia Dan Pendidikan, Modul 1, Hal 19.
· https://www.academia.edu/13113306/Filsafat_Ilmu_dan_Nilai
Komentar
Posting Komentar